[Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Amin] |
"Tidak terlalu
peduli, yang penting tetap ikhtiar, saya tidak terlalu memikirkan,"
katanya ketika memberikan pengarahan pada rapat pimpinan Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) Nusa Tenggara Barat (NTB) di Mataram, Sabtu.
Ia mengatakan pihaknya
ingin menyatukan data indikator pembentuk IPM untuk mempermudah penanggulangan.
"Selama ini data
dari ahli ekonomi beda, dari lembaga swadaya masyarakat beda dan dari Badan
Pusat Statistik (BPS) beda. Dalam waktu dekat kami akan melakukan rapat
validasi data" ujarnya. Amin menambahkan Pemerintah Provinsi NTB mendapat
beberapa penghargaan dari pemerintah pusat, baik di bidang kesehatan maupun
bidang pendidikan, namun faktanya IPM NTB tidak mengalami peningkatan.
"Tapi kami akan
tetap berjuang, masih rendahnya IPM tetap menjadi bahan evaluasi,"
katanya.
BPS NTB merilis IPM
NTB pada 2013 sebesar 67,73, berada di bawah IPM nasional sebesar 73,81. Penyebab
masih rendahnya IPM NTB karena masih lemah di sektor kesehatan dan pendidikan masyarakat,
sedangkan indikator ekonomi dinilai sudah relatif bagus. Posisi IPM NTB saat
ini berada di rangking 33 dari 34 provinsi di Indonesia, atau di atas Provinsi
Papua yang berada di urutan paling rendah di Indonesia, namun NTB berada di
bawah Provinsi Papua Barat.
NTB masih kalah dengan
Papua Barat dari segi dimensi kesehatan. Sektor ini masih perlu mendapat
perhatian karena masyarakat NTB masih ada yang buang air besar sembarangan. Sementara
dari sisi rumah sehat, NTB sudah hampir sama dengan Provinsi Papua Barat. NTB
hanya unggul dari sisi pemanfaatan sarana kesehatan dan peran serta rumah
tangga terhadap sanitasi lingkungan dibanding dengan Provinsi Papua Barat.
BPS NTB juga menyebut
secara absolut, jumlah tenaga medis, perawat dan bidan di daerah ini relatif lebih
tinggi dibandingkan daerah lain, tetapi rasio tenaga kesehatan (per 100.000
jiwa) justru lebih rendah.
Artinya NTB masih
kekurangan tenaga kesehatan. Sementara dari dimensi pendidikan, persentase
penduduk usia 15 tahun ke atas yang belum pernah sekolah relatif tinggi,
sehingga menyumbang angka masyarakat buta huruf. Demikian juga dengan angka
"drop out" atau putus sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas masih
relatif tinggi, terutama pada jenjang sekolah dasar. (antara ntb)
0 komentar:
Posting Komentar